Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk pielonefritis?

Pada kasus yang dicurigai memiliki pielonefritis, dokter akan melakukan berbagai tes dan evaluasi untuk mengonfirmasi diagnosis, menentukan tingkat keparahan infeksi, dan merencanakan pengobatan yang tepat. Berikut adalah beberapa tes yang biasa dilakukan dalam penanganan pielonefritis:

1. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis

Langkah pertama dalam evaluasi pielonefritis adalah pemeriksaan fisik menyeluruh oleh dokter. Dokter akan menanyakan riwayat gejala yang Anda alami, termasuk adanya demam, nyeri punggung atau samping, serta masalah buang air kecil. Pemeriksaan fisik akan mencakup palpasi atau penekanan lembut pada daerah pinggang untuk mencari tanda-tanda nyeri atau ketidaknyamanan yang terkait dengan ginjal.

2. Tes Urine

  • Urine Rutin: Tes urin ini dapat memberikan petunjuk awal tentang kemungkinan infeksi saluran kemih. Pada pielonefritis, urine dapat menunjukkan adanya leukosit (sel darah putih) yang meningkat, yang merupakan tanda peradangan, serta bakteri dalam jumlah yang signifikan.
  • Urine Kultur dan Uji Sensitivitas: Untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang menyebabkan infeksi dan memastikan pengobatan antibiotik yang tepat, dokter akan memesan urine kultur. Kultur ini juga akan menguji sensitivitas bakteri terhadap berbagai antibiotik untuk membantu memilih pengobatan yang paling efektif.

3. Pemeriksaan Darah

  • Hitung Darah Lengkap (CBC): Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tentang adanya peradangan dalam tubuh, seperti peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) yang merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi.
  • Urea dan Kreatinin: Tes ini mengevaluasi fungsi ginjal dengan mengukur kadar urea dan kreatinin dalam darah. Pielonefritis yang parah dapat mempengaruhi fungsi ginjal, yang dapat tercermin dalam peningkatan kadar kreatinin.

4. Pencitraan

  • USG Abdomen atau CT Scan: Pencitraan seperti ultrasonografi (USG) atau computed tomography (CT) scan dapat membantu dalam menilai struktur dan kondisi ginjal, serta mencari tanda-tanda peradangan, abses, atau obstruksi yang mungkin ada. CT scan sering digunakan jika diperlukan gambaran yang lebih detail dari ginjal dan saluran kemih.

5. Pemeriksaan Tambahan

  • Sistoskopi: Jika terdapat kecurigaan adanya kelainan anatomis atau jika infeksi terus berulang, dokter dapat melakukan pemeriksaan sistoskopi untuk melihat langsung kondisi dalam kandung kemih dan uretra.
  • Pemeriksaan Radiologi Tambahan: Terkadang, pemeriksaan tambahan seperti MRI atau gambaran lainnya mungkin diperlukan untuk evaluasi yang lebih mendetail terhadap ginjal atau organ lain yang terlibat.